Halaman

Jumat, 26 Oktober 2012

The Viking Manifesto

Kehilangan BlackBerry beberapa hari lalu, ternyata membawa kebiasaan baik yang sudah lama saya tinggalkan, yaitu membaca buku. Minggu ini ada 2 buku yang sedang saya baca, yang satu mengetengahkan keunggulan bangsa Jepang, dan yang satu lagi tentang bangsa Skandinavia.

Di tempat pencucian mobil dekat rumah, saya menemukan sebuah buku menarik berjudul dalam bahasa inggris "Turning Loss into Profit". Buku setebal 268 halaman ini ditulis oleh praktisi manajemen Wawang Sukmoro. Beberapa bab dari buku tersebut menceritakan budaya kerja bangsa Jepang melalui konsep-konsep penghilangan pemborosan antara lain Hansei, Kaizen, 5S, TPM, melalui perusahaan otomotif Toyota. Dan untunglah saya diijinkan oleh pemilik pencucian mobil untuk meminjamnya.

Konsep-konsep tersebut sudah sering saya baca, dan agak sedikit membosankan memang. Akan tetapi yang menarik dari buku ini adalah ulasan tentang sumber daya manusia dari bab 1 sampai bab 6. Dengan gaya bahasa yang menarik, penulis mampu menggiring saya untuk terus membaca dan membaca.

Saat kebosanan datang, tidak sengaja saya membuka lemari buku di ruangan kerja dan menemukan sebuah buku yang masih dibungkus rapi. Buku ini saya dapat saat acara penganugerahan Top Brand di Jakarta dan dibagikan secara gratis ke suluruh peserta yang hadir. Judul buku tersebut "The Viking Manifesto : Strategi Perang di Pasar Modern ala Skandinavia" karangan Steve Strid dan Claes Andreasson. Alih bahasa oleh tim Publishing One.

Tulisan-tulisan pada sampul depan dan belakang cukup menarik minat saya untuk menjelajahi buku setebal 202 halaman ini. Dan memang , buku ini menyajikan sisi menarik dari keunggulan perusahaan-perusahaan yang lahir di negara-negara Skandinavia antara lain Swedia, Denmark, Norwegia, dan Islandia.


Buku bersampul putih dengan ilustrasi pedang berdarah tersebut, menceritakan keunggulan orang-orang Skandinavia dalam pemasaran dewasa ini. Produk-produk bangsa yang dianalogikan dengan bangsa Viking ini merajai hampir seluruh bisnis di dunia, di tengah keterpurukan ekonomi negara adidaya Amerika Serikat. Sudah pasti kita mengenal produk-produk antara lain Ikea, Ericsson, Lego, Absolut, Nobel Prize, dan sebagainya.

Bangsa Viking kuno terbiasa menggunakan tengkorak musuh-musuhnya sebagai tempat minum. Sekarang mereka menjual furnitur paling laris di dunia (Ikea). Populasi bangsa Viking modern saat ini berjumlah kurang dari 20 juta orang atau berarti hanya mencakup 0,3% dari populasi dunia, tetapi berkontribusi sebesar 3%  dari seluruh ekspor dunia.

Kekerasan kini sudah tidak ada lagi. Tetapi bangsa Viking modern tetap mengabadikan pendekatan sangat cerdas dan sedikit mengejek Tuhan demi mengharumkan nama perusahaan, produk, dan tujuan mereka.

The Viking Manifesto menjelaskan mengapa ketidakefektifan iklan malah berdampak bagus, mengapa persaingan hanya akan menjadi omong kosong, mengapa sistem pemberian hadiah dan hukuman (punish and reward) tidak banyak bermanfaat dalam membangkitkan motivasi, dan mengapa uang tidak akan membuat dunia terus berputar. Metode ini sudah kuno, tetapi tetap segar dan berfungsi serta tidak lagi disertai kegilaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar