Kamis, 25 Oktober 2012
Siklus Organisasi dan Perilaku Pemasar
Dalam sebuah pertemuan, seorang eksekutif berkata "sepertinya tren sekarang, seorang marketer bebas menentukan jam kerjanya. Apa sebaiknya kita menerapkan aturan yang lebih toleran terhadap mereka?"
Komentar di atas muncul menanggapi kehilangan kembali seorang marketer perusahaannya, karena dibajak oleh perusahaan lain. Kepala Pemasaran merekomendasikan merelakan kepergiannya, karena dia termasuk pemasar yang tidak mau ikut aturan. Sedangkan dari pihak manajemen ingin mempertahankan, dengan alasan ia termasuk orang yang pintar di bidangnya. Pengambilan keputusan yang berdasarkan kepanikan, memang muncul di saat yang tidak terkira.
Pertanyaannya adalah apakah memang demikian bahwa perilaku teman-teman kita, para pemasar, adalah seseorang yang cenderung tidak mau diatur? Apakah tepat keputusan si Kepala Pemasaran untuk melepas anak buahnya dengan alasan tidak mengikuti aturan perusahaan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada sebuah tesis menarik bahwa pendekatan "Reward and Punishment" dalam bentuk materi, bukanlah pendekatan yang jitu untuk mengubah perilaku karyawan. Lawan dari pendekatan tersebut adalah "Perhatian" dalam bentuk immateri.
Sudah menjadi pola umum, bahwa komponen pendapatan seorang marketer selain gaji adalah bonus. Tetapi hampir sebagian para marketer, tidak terlalu memperhatikan komponen bonus sebagai komponen utama. Pada sebagian pemasar, justru kelangsungan hidup dengan perusahaanlah yang menjadi perhatian. Jadi yang diinginkan adalah perhatian dari manajemen perusahaan.
Seringkali seorang pemasar mengundurkan diri bukan karena alasan bonus, gaji dan sebagainya, melainkan karena prestasinya tidak dihargai, pendapatnya tidak didengarkan, jam kerja yang tidak fleksibel dan seterusnya.
Seorang eksekutif perusahaan, dihadapkan pada dilema, apakah mendahulukan kelanggengan aturan perusahaan dengan pemberlakuan SOP (Standar Operasional dan Prosedur) yang ketat atau mendahulukan pendapatan penjualan yang tinggi demi tercapai pengembalian investasi yang cepat dengan sedikit melanggar SOP?
Perlu disimak adalah Siklus Hidup perusahaan. Ada berbagai macam pendapat para ahli organisasi tentang hal ini. Salah satunya pendapat bahwa organisasi mengalami tahap-tahap antara lain Kelahiran - Pertumbuhan - Dewasa/Mature - Penurunan - Kematian - Lahir Kembali - dan seterusnya. Ya, hampir mirip makhluk hidup, organisasi pun mengalami kelahiran dan kematian.
Yang menjadi titik kritis, bukan pada tahapan apa, tapi pada peralihan tahapan. Misalnya dari tahap Pertumbuhan menjadi tahap Dewasa.
Pada tahap Kelahiran, organisasi membentuk dirinya sendiri dengan mendesain produk baru, mendesain mesin produksi, proses pelayanan, investasi dan sebagainya. Pada peralihan tahap dari Kelahiran menuju Pertumbuhan, organisasi berevolusi menjadi satu entitas bisnis, hubungan dengan pelanggan mulai terjalin, hubungan dengan para vendor mulai terlihat dan seterusnya.
Kemantapan berorganisasi, dalam bentuk pemantapan pemberlakuan aturan main (SOP) mulai terbentuk pada tahap dari Pertumbuhan menjadi Dewasa. Kejenuhan pasar yang mengakibatkan penurunan penjualan produk akan terlihat pada peralihan menuju Kemunduran. Bagaimana peralihan menuju Kematian? Silahkan Anda simpulkan sendiri.
Jadi, pada kasus di awal yang saya ungkapkan, eksekutif perusahaan harus mempertimbangkan pada tahap apa kondisi organisasi atau perusahaannya sekarang berada?
Bila pada tahap menuju Petumbuhan, tentu dibutuhkan pemasar yang ulung dalam membuka ceruk pasar, ulung menangkap peluang pasar, unggul mempromosikan produknya. Pada tahap menuju Dewasa, bukan hanya memiliki kompetensi menjual yang tinggi, tapi juga perilaku yang menyatu dengan misi perusahaan. Dalam kondisi mengalami Penurunan, dibutuhkan pemasar dengan kemampuan analisis yang tinggi, sehingga ia mampu mencari jalan keluar dari keterpurukan.
Kesimpulannya, perilaku marketer yang bebas, tidak terikat aturan, dapat ditolerir bila organisasi pada tahap Kelahiran menuju Pertumbuhan, dengan catatan ia memiliki skill yang tinggi dalam penjualan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar